Hewan-hewan terlantar di Kebun Binatang? Koq bisa? Konservasi apa penyiksaan?
Miris.... kata pertama yang terucap dari mulut ketika melihat foto-foto kondisi hewan di Kebun Binatang Surabaya, KBS, Salah satu ikon kota surabaya ini yang di jaman saya masih SD menjadi kebanggan, lama kelamaan semakin memprihatinkan. Seperti kondisi Harimau dibawah ini,
Entah ketidak mampuan finansial untuk perawatan hewan-hewan ini atau bagaimana? tapi seharusnya banyak sekali cara kalau hanya soal makanan. dan yang menjadi pertanyaan saya, apakah tidak ada dinas dari pemerintah yang mengawasi kebun binatang? baik swasta maupun milik negara? Karena akhir-akhir ini sering terdengar berita mengenai penyitaan hewan-hewan dari tangan para pecinta hewan, yang notabene sangat memperhatikan kondisi hewan peliharaannya.
Konservasi seharusnya menambah jumlah populasi bukannya mengurangi. semoga bisa segera ditangani sebelum menjadi kuburan massal hewan-hewan eksotis Indonesia.
Minggu, 23 Juni 2013
Rabu, 22 Mei 2013
Salvator as a pet? Why not? daripada di jadiin dompet??
Salvator atau biasa di sebut Biawak, adalah reptil besar yang
sebetulnya tidak umum di pelihara, namun begitu ternyata banyak juga
para hobies yang memelihara biawak sebagai hewan kesayangan mereka.
Biawak atau Monitor lizard merupakan hewan peliharaan yang menyita
waktu dan dana. Saat kita memutuskan untuk memelihara biawak adalah
ketika kita merasa sudah memiliki waktu untuk memelihara mereka dan
tentunya dana karena biaya pakan mereka tidaklah sedikit.
Daripada hidup dialam, yang notabene habitatnya semakin lama semakin menciut tergusur oleh kita manusia, ternyata Salva/Biawak bisa juga kita jadikan peliharaan yang eksotis. namun ingat bagaimanapun juga habitat asli hewan ini adalah di alam dan terkenal sangat suka menjelajah. Bisa jinak dan pintar (dalam ukuran reptil) namun membutuhkan treatment2 khusus. Jangan terburu buru memutuskan untuk memelihara hewan ini, lebih baik silahkan di pelajari dulu cara memeliharanya yang sudah tertulis di bawah ini.
Cara memelihara biawak sebagai hewan peliharaan.
Siap dengan segala resiko saat memelihara biawak
Biawak akan terlihat imut dan lucu
ketika mereka masih bayi atau juvenile, jika sudah besar maka jangan
harap biawak dapat jinak dan bisa dilepas kapan saja. Kita harus siap
dengan cakar dan sabetannya, begitu juga dengan pakannya.
Mulailah dengan jenis yang mudah atau baby
Mulailah dengan jenis dwarf yang kecil atau baby, jangan langsung memilih jenis Salvator yang sangat agresif, doyan makan dan cepat besar. Varanus bukan
mainan yang jika mati bisa langsung di buang, tapi biawak adalah
tangkapan alam bukan yang mudah begitu saja di temukan di peternakan.
Memulai dengan jenis Dwarf atau mini akan lebih bijak, ini memudahkan dalam perawatan, hemat kandang, hemat pakan tapi jangan sampai hemat perhatian.
Peliharalah satu jenis spesies saja
Sebaiknya memelihara satu spasies tetapi
ada beberapa dari pada banyak spesies tetapi pada ujung ujungnya hanya
sebagai koleksi, setiap spesies biasanya beda perlakuan seperti antara
dwarf dan salvator hingga ada kemungkinan untuk saling mengalahkan.
Cobalah lakukan breeding
Cobalah berinisiatif untuk melakukan
Breeding atau perkembangbiakan dari sebelumnya hanya menangkap dari
alam. Bagi beberapa orang mungkin breeding kurang populer karena biaya
yang di keluarkan tinggi, susah memilih indukan, waktu inkubasi yang
lama hingga tidak sebanding dengan harga baby biawak yang murah. Namun
yang saya maksud bukan dari segi ekonomis bisnis saja, namum kita dapat
melakukan sesuatu untuk memperpanjang kelangsungan spesies biawak yang
mulai punah. Juga ada kepuasan dan kebanggaan saat anda berhasil
melakukan breeding terhadap biawak kesayangan anda.
Siapkan kandang biawak sebelum membeli
Siapkan kandang biawak sebelum anda
membeli biawak. Jangan sampai sudah beli tapi belum ada kandang khusus
untuk biawak kita dan meletakannya sembarangan di ember atau bak, biawak
bukan ikan cupang yang bisa di taruh di toples. Dan harus di ingat
bahwa tidak ada toko yang menjual kandang biawak buatan pabrik, walaupun
ada kandang ular yang sering di paksakan sebetulnya tidaklah cocok
untuk dijadikan kandang biawak mengingat biawak reptil yang agresif, dan
sering menyabetkan ekornya. Buat kandang biawak yang sesuai, kuat di
sabet dan cakar , tersedia air rendaman, stabil menyimpan "Humid" dan
suhu ideal serta luas.
Buatlah kandang yang sesuai ukuran dan jenis biawak
Ukuran kandang yang sesuai memudahkan
kita mengontrol perkembangan biawak serta memudahkan biawak untuk
menemukan makanan mereka, terutama bagi biawak ukuran baby. Biawak tidak
terlalu membutuhkan tempat air yang besar hingga separuh kandang, yang
perlu di perhatikan adalah Substrat yang lembab, hiding spot yang baik,
tempat air buat minum serta pembagian suhu yang tepat dan nyaman.
Substrat
Substrat atau alas kandang yang baik
untuk biawak adalah tanah, tanah yang bagus akan membuat biawak senang
meng-explore kandangnya. Gali lobang sana sini, tapi mendapat tanah baik
tidaklah mudah karena tanah yang dimaksud bukan tanah pasir, bukan
tanah buat tanaman hias atau tanah yang diambil langsung di atas
permukaan. Tanah yang baik adalah tanah Decomposed Granite atau tanah dari ebekas tambang granit, namun alternatif lain adalah tanah merah. Selain tanah dapat juga memakai cocopeat yang oleh beberapa keeper disini sudah di uji trial n error dan tidak membahayakan bagi biawaknya
Temperatur
Data suhu yang pernah di ambil dari
seekor salvator yang sedang basking tercatat sekitar 32 derajat C dan
masih mencari spot suhu udara hingga 71 derajat C, namun suhu menurut
proexotics yaitu sekitar 32 - 35 derajat C untuk pertumbuhan dan
perkembangan sedangkan untuk biawak dewasa masa produksi telur dan dalam
masa breeding cycling mencapai 71derajat C. Suhu di atas adalah suhu
permukaan basking spot bukan suha ruangan kandang secara keseluruhan.
Memilih biawak peliharaan
Kita mesti memilih biawak apa yang akan
dijadikan biawak pertama kita, salvator adalah jenis biawak yang
palingpopuler di Indonesia. Namun salvator sebetulnya bukan untuk
pemula, sebab salvator dewasa bisa mencapai 1,8 meter dengan berat 31
kg, apa anda siap dengan kandang dan umpannya! Mulailah dengan yang
baby! Kenapa tidak ambil jalan pintas dengan membeli juvenile atau
dewasa sekalian? Karena kita dapat memperoleh kesempatan terbaik untuk
sukses memelihara biawak dari baby, membesarkan dari baby membuat kita dapat mengontrol banyak aspek, baik atau jeleknya.
Pemberian makanan bagi biawak
Untuk biawak yang belum mencapai tahun
pertama, mereka lebih di sarankan di berikan pakan berbasis serangga.
Biawak bayi adalah kadal kecil dengan sistem pencernaan yang kecil dan
membutuhkan serat pangan dalam jumlah banyak untuk menjaga pencernaanya,
biawak ukuran bayi di desain untuk makan serangga dan serangga. Pemberian daging atau rodent
masih boleh dengan ukuran tertentu, idealnya pemberian bayi biawak 4
kali seminggu dengan serangga dan 1 kali seminggu dengan daging dan
rodent.
Mesti di perhatikan suhu kandang tetap
hangat bila bayi biawak di berikan makan daging dan rodent agar mereka
bisa mencerna daging tersebut dengan baik karena pencernaan yang mereka
miliki masih kecil, berikan rodent yang sudah tumbuh bulu atau "jumper"
jangan pinkis yang masih merah karena banyak mengandung lemak, sedikit
nutrisi dan sedikit atau bahkan tanpa kalsium. Biawak setelah tahun pertama baru boleh di alihkan berdasarkan makanan
berbasis daging, namun sekali lagi hindari pinkis dan berikan yang sudah
memilimi bulu karena sudah mengandung banyak kalsium.
Perendaman atau Soaking
Bagi seekor biawak perendaman bukan
hanya sekedar rekomendasi namun merupakan sebuah kebutuhan untuk biawak,
perendaman di lakukan cukup sekali seminggu dengan menggunakan air suhu
ruang. fungsinya agar biawak tidak dehidrasi, untuk membantu shed,
untuk menghilangkan kotoran kotoran yang menempel.
Dengan cara memelihara biawak
dengan baik tentu menimbulkan kepuasan tersendiri, bila kita merawat
biawak dari bayi maka dalam tahun pertama akan mendapatkan biawak lucu
dan exotic dengan panjang 30 - 40 cm dengan kondisi sehat dan ideal.
Namun bila kita merawat secara berlebihan dalam memberikan pakan dalam
tahun pertama bisa mencapai panjang 1 meter dengan kondisi seperti
buntelan daging dan lemak hingga tinggal menunggu serangan jantung. Bagi
biawak berapapun makanan yang kita berikan akan dihabiskan.
http://www.hewankesayangan.com/reptil/cara-memelihara-biawak
Senin, 20 Mei 2013
Tentang Musang
Tentang Musang
Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) adalah hewan menyusu (mamalia). Hewan ini juga dipanggil dengan berbagai sebutan lain seperti musang (nama umum, Betawi), careuh (Sunda), luak atau luwak (Jawa), serta common palm civet, common musang, house musang atau toddy cat dalam bahasa Inggris.The Name "Civet" berasal dari bahasa arab "zabad.".
Musang/Luwak banyak di ketahui sebagai penghasil kopi Luwak. tapi juga punya predikat buruk sebagai hama, yang di kenal suka makan ayam-ayam peliharaan. namun siapa sangka musang juga bisa menjadi hewan peliharaan yang sangat exotis dan menggemaskan.
Anatomi :
Musang bertubuh sedang, panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau lebih). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.
Mempunyai berat badan (untuk musang dewasa) sekitar 2,7kg-4,5kg
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat.
Terdapat beberapa bintik samar di sebelah menyebelah tubuhnya.
Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.
Kebiasaan :
Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat arboreal (=hewan yg menghabiskan hidup di pepohonan), tidak segan pula untuk turun ke tanah.
Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain aktifitas hidupnya.
Makanan :
Musang sebagai mahluk Omnivora, kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering memakan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan. Termasuk di antaranya kopi, pepaya, pisang, rambutan, mangga, buah pohon kayu afrika (Maesopsis eminii). Mangsa yang lain adalah aneka serangga, moluska, cacing tanah, kadal serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus.
Yang Unik :
Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras, seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan aneka biji-bijian yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan musang ini begitu singkat dan sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu pulalah, konon musang luak memilih buah yang betul-betul masak untuk menjadi santapannya. Maka terkenal istilah kopi luwak dari Jawa, yang menurut ceritera dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil pilihan musang luwak, dan telah mengalami proses melalui pencernaannya!
Sebagaimana aneka kerabatnya dari Viverridae, musang luwak mengeluarkan semacam bau dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Kemungkinan bau ini digunakan untuk menandai batas-batas teritorinya, dan pada pihak lain untuk mengetahui kehadiran hewan sejenisnya di wilayah jelajahnya.
Reproduksi :
Musang beranak sepanjang tahun, walaupun pernah ada catatan bahwa anak musang lebih sering diketemukan antara bulan Oktober hingga Desember.
anak musang (kitten) lahir antara 2-5 ekor. Biasanya anak2 musang ditaruh didalam lubang pohon atau gua.
Masa kehamilan musang betina sekitar 60hari
Selama Mating / kimpoi / kimpoi yang masanya cukup singkat, biasanya pasangan musang itu tetap tinggal bersama2 sampai anak2 musang lahir.
Masa dewasa sexual Musang adalah 11-12 bulan, Musang yang dipelihara itu bisa hidup hingga 22 tahun lamanya
Source:http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000015466669/
Selasa, 14 Mei 2013
perdagangan penyu???
Investigasi ProFauna Indonesia pada tahun 2007 menunjukan bahwa penangkapan penyu hijau untuk diperdagangkan masih terjadi di Sulawesi Tenggara. Dalam investigasi yang bekerja sama dengan WSPA tersebut, ProFauna mencatat ada sekitar 1115 ekor penyu hijau (Chelonia mydas) ditangkap dari Sulawesi Tenggara setiap tahunnya. Sebagian besar penyu tersebut ditangkap dari kawasan Taman Nasional Wakatobi. Selain di taman nasional laut tersebut, penyu juga ditangkap dari daerah Moramo, Ereke dan Tikep. Sebagian besar penangkapan penyu di Sulawesi Tenggara tersebut untuk dikirim ke Bali. Permintaan akan daging penyu di Bali telah mendorong penangkapan penyu di Sulawesi Tenggara. Dalam setahun ada sebanyak 2 atau 3 kali pengiriman penyu ke Bali. I Wayan Wiradnyana, koordinator kampanye penyu ProFauna, mengatakan, “perdagangan penyu di Sulawesi Tenggara telah menurun drastis dibanding sebelum tahun 2006, namun demikian diharapkan petugas kehutanan dan polisi tidak menjadi lengah, karena penyelundupan penyu dari Sulawesi ke Bali masih berlangsung secara sembunyi-sembunyi”. Terbukti pada tanggal 28 Desember 2007 polisi menyita 12 ekor penyu hijau dari seorang pedagang penyu di Bali.Penegakan hukum akan menjadi kunci untuk membrantas perdagangan penyu ini. Hal ini terbukti efektif dilakukan di Bali dan juga Sulawesi Tenggara. Petugas perlu memberikan perhatian khusus terhadap Taman Nasional Wakatobi yang menjadi salah satu lokasi penangkapan penyu.Indonesia mempunyai arti penting bagi kelestarian penyu secara global. Dari 7 jenis penyu di dunia, 6 diantaranya ditemukan di perairan laut Indonesia. Keenam jenis penyu tersebut adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dan penyu pipih (Natator depressus). Semua jenis penyu di Indonesia telah dilindungi oleh undang-undang. Menurut UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya segala bentuk perdagangan satwa dilindungi, termasuk penyu dan bagian-bagiannya adalah dilarang. Pelaku perdagangan penyu dapat diancam hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta.
(Website: www.profauna.org)
Senin, 13 Mei 2013
Tentang Berang-Berang (Otter)
Sekarang ini terdapat tiga belas jenis berang-berang yang termasuk ke dalam suku Mustelidae, dapat ditemukan di seluruh Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Berang-berang cakar kecil merupakan salah satu dari lima jenis berang-berang yang menempati Asia; tersebar dari Bangladesh, Bhutan dan Nepal sampai Malaysia, Indonesia, Cina bagian selatan, dan India bagian selatan. Berang-berang ini dapat ditemukan pada berbagai habitat, dari pesisir tropis sampai sungai-sungai pegunungan.
Berang-berang cakar kecil dapat beradaptasi secara lebih baik hidup di dekat manusia dibandingkan dengan kebanyakan jenis berang-berang lainnya, sehingga dapat dijumpai pada sawah, tambak udang, kolam ikan dan juga sering terlihat berada jauh dari sumber air.
Walaupun tingkat kerentanannya lebih rendah dari beberapa jenis berang-berang lain, IUCN/SSC memasukkan berang-berang cakar kecil ini ke dalam “Vulnerable” (IUCN 2008 Red List). Ancaman kerusakan habitat, polusi, dan pertambahan populasi manusia menimbulkan permasalahan terhadap kelangsungan hidup jangka panjang jenis ini.
Berang-berang cakar kecil hidup dalam kelompok keluarga besar berdasarkan keturunan pasangan alpha, dengan jumlah rata-rata kelompok terdiri dari lima ekor, namun pernah tercatat jumlahnya mencapai dua puluh ekor. Walaupun mencari makan untuk diri sendiri secara individu, mereka akan bergabung sebagai kelompok jika terancam. Berang-berang ini bersifat monogami dengan kedua orang tua dan saudara yang lebih tua membantu merawat anak yang muda. Sebuah keluarga berang-berang akan terpecah jika salah satu pasangan alpha mati, dan individu akan menyebar untuk mencari pasangan dan menemukan kelompok mereka sendiri.
Berang-berang ini dikenal sebagai hewan sosial, jadi tidak disarankan dan tidak dapat diterima jika memelihara hewan ini dalam keadaan seekor. Jika dipelihara di dalam penangkaran sebaiknya berpasangan, pasangan dewasa dengan berang-berang muda (bisa termasuk beberapa ekor bayi) atau dalam kelompok satu jenis kelamin.
Berang-berang cakar kecil secara alaminya bersifat diurnal, aktif, sibuk dan hewan yang suka ingin tahu.
Minggu, 12 Mei 2013
Reptile Not Just Pets
Safe Fauna, Our fauna is not for pets but sometimes becoming pet is more safe than lives in nature.
So how we can keep our fauna live safely in nature. Ecosystem more and more squeeze, expansion and exploitation, Reptiles doesn't has place for hunt, even for breed.
We took their home, and they enter our house, so? Reptile or us?
Langganan:
Postingan (Atom)